Isekai Yurutto Survival Seikatsu Chapter 057 - 059
Volume 3 Easy Survival Life in the Other World
Author : Ayano , Illustrator : Inui Kazune (artumph).
【057: Membuat 'Eri'】
Ini Malam hari setelah aku berhubungan seks dengan Sophia.
Ketika aku hendak mandi setelah menyelesaikan makan malam biasa.
Amane memanggilku.
Dia membimbingku ke belakang dari 'tempat persembunyian' dan berkata di dekat danau.
"Apakah kau sudah melakukan 'itu' dengan ojou-sama ?"
Aku mengetahui apa maksudnya, namun aku akan bertanya
"Melakukan apa?"
Aku mencoba mengaburkannya.
"Kau telah menodai kesucian Ojou-sama."
Itu seperti yang kuduga.
Rupanya Amane mengetahuinya.
Sophia berhubungan seks denganku.
Aku tidak tahu siapa yang bilang.
Apakah tingkah kami terlihat aneh, atau itu kata Sophia?
Aku tidak tahu, tetapi aku memperhatikannya pada tingkat keyakinan, bukan kecurigaan.
"Jadi sudah tahu yah, Apakah kau akan membunuhku sekarang?"
Aku tidak bisa mengeluh bahkan jika jantungku dilubangi di sini.
Namun, Amane menggelengkan kepalanya tanpa ekspresi.
"Membunuhmu? Malahan, aku berterima kasih."
"Terima kasih?"
“Ojoosama hanya memiliki kebebasan di dunia ini. Jadi, aku akan memberikan apa yang dia mau. Dia ingin berhubungan seks denganmu, dan kamu menerimanya. Jadi aku berterima kasih.”
"Oh, ya, sama-sama. Apakah kamu tidak akan marah?"
"Aku tidak marah. Malahan, jika dia bersedih, aku akan membunuhmu, tapi dia sangat bahagia. Jika dia senang, aku tidak akan marah."
"Jadi begitu...."
Mendapatkan terimakasih setelah seks, itu membuatku merasa bersyukur.
Aku dan penisku senang berhubungan seks dengan seorang gadis cantik.
"Sekarang adalah giliranku untuk mandi. Sebagai Terima kasih aku akan memberikan giliranku hari ini."
"Oh! Apakah tidak apa-apa!?"
"Ya". Amane mengangguk.
"Terima kasih.!"
Urutan mandi bervariasi dari hari ke hari.
Tentu saja, tempat pertama adalah yang paling indah dan paling nyaman.
Berhubungan seks, mendapatkan terima kasih, dan mandi di tempat terbaik.
Itu adalah hari Sabtu bahagia yang tak terpikirkan.
Kecuali bahwa Mizuno belum kembali ...
◇ ◆ ◇
Keesokan harinya.
Minggu, 25 Agustus.
Hari ke-38 sejak aku datang ke dunia ini.
Meskipun hari ini libur, semua orang berkumpul di sungai.
Arisa sering memancing di sungai sebelah barat daya Gua 'Shinomiya'.
"Aku tidak mengira Yoshiokada akan datang membantu." (Hokage)
"Cetak birunya hampir selesai, dan aku memutuskan untuk beristirahat. Selain itu, Shinomiya-san selalu membantuku, jadi aku pikir aku harus membalas kebaikanmu dengan cara apapun." (Yoshiokada)
Kami bekerja di dekat sungai
Tempelkan tongkat kayu dengan pemberat batu di sekitar sungai.
Ada jaring di antara tongkat.
"Hokage, apakah tidak apa-apa untuk terlihat seperti ini?" (Arisa)
Arisa meminta penilaian pekerjaan yang telah dilakukan.
Aku mengangguk, "Itu cukup bagus," dan melanjutkan, "Tapi."
"Buat sudutnya sedikit lebih lembut. Gambarlah kurva, bukan sudut siku-siku." (Hokage)
"Oke"(Arisa)
Kami memiliki mekanisme untuk memancing di sungai.
Di masa lalu, Aku telah menyiapkan kotak untuk menangkap udang kecil, tetapi kali ini jauh lebih besar dari itu.
Sasarannya adalah semua ikan yang hidup di sungai.
"Senang bekerja di sungai di hari yang cerah seperti hari ini." (Sophia)
"Kau benar, Ojou-sama." (Amane)
Sophia dan Amane juga bekerja dengan bahagia.
Namun, kebahagiaannya lebih tinggi pada pria daripada para wanita.
"Uhoho, ini ide yang bagus."
"Aku tidak dapat menahannya"
"Aku senang diundang oleh Shinomiya-san."
"Mantap -Muscle!"
Mata para pria menghadap ke paha wanita.
Semua orang melipat pakaian bagian bawahnya yang panjang sesingkat mungkin agar tidak basah di sungai.
Garis pandang pria melihat ke arah paha para gadis yang terbuka.
"Tanaka-kun.." (Eri)
Eri menatap Tanaka dengan wajah tegas.
"Bukan begitu! Eri-dono, ini adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari" (Tanaka)
Hubungan antara Tanaka dan Eri telah membaik.
Tanaka tidak lagi menjauh dari Eri.
Itu juga berlaku terhadapku.
Aku tidak tahu apakah itu bagus atau tidak, tetapi sepertinya untuk saat ini Tanaka telah move on.
"Aku kira kita akan bertani, yah itu hanya butuh waktu saja untuk melakukannya. Dan juga bertani membutuhkan waktu." (Karin)
"Arisa pandai memancing, jadi aku menundanya." (Hokage)
"Apakah kau memujiku" (Arisa)
"Hahaha" Aku tertawa kemudian berbicara dengan Karin.
"Juga karena ada kegiatan lainnya, itulah mengapa aku hanya bisa memulainya pada saat hari libur." (Hokage)
Ketika pekerjaan semua orang selesai, semua orang pergi ke sungai.
Sebuah tongkat kayu yang tampak sedikit dari sungai berdiri seperti labirin.
"Oke, ini sepertinya cukup, membuat 'Eri' telah selesai."
" 'Eri' katamu?!" (Arisa)
"Ya, ya. aku disini." Eri menjawabnya sambil tertawa.
Apa yang kami buat disebut 'Eri'.
Singkatnya, ini adalah labirin untuk ikan.
Ketika seekor ikan menabrak sesuatu, ia memiliki kebiasaan untuk bergerak mengikuti arus air.
'Perangkap Eri' inilah yang menggunakan kebiasaan itu untuk menemui jalan buntu.
Setelah jebakan dipasang, tidak perlu memperbaruinya sampai jaring rusak.
"Lihatlah!! Sudah ada ikan di dalamnya!" (Mana)
Seperti katanya, ikan itu telah memasuki labirin.
Pertama-tama, pukul jaring vertikal yang dipasang di depan pintu masuk labirin.
Itu mengubah arah dan berjalan menuju labirin.
Ketika tiba di ujung, belok kiri dan kanan lagi.
Keduanya memiliki kurva lembut, dan titik akhirnya adalah jalan buntu.
Jika datang ke sini, maka tidak dapat melarikan diri lagi.
"Ngomong-ngomong, jalan buntu dari jaring itu disebut 'pot'." (Hokage)
"He~e, ada lebih banyak ikan yang terjebak disana!" (Arisa)
Arisa mengabaikan kata-kataku, sepertinya hanya perduli pada ikannya saja.
Semuanya bersemangat pada ikan yang terjebak.
"Dalam hal ini, kita dapat menangkap ikan meskipun tidak mahir memancing ikan. Ini jauh lebih efisien daripada memancing konvensional, karena hanya membutuhkan jaring saja." (Hokage)
"Jika seperti ini terus, kita tidak perlu khawatir tentang makanan.!" (Karin)
"Seperti yang diharapkan, Shinomiya-sama" (Sophia)
"Tapi aku suka memancing!" (Arisa)
"Aku akan memintamu untuk memancing di laut. Apakah kamu lebih memilih di sungai?" (Hokage)
"Ikan di sungai itu terlalu mudah untuk memancingnya!" (Arisa)
Setelah itu, kami mengumpulkan beberapa ikan yang terjebak dalam jaring kemudian kembali ke tempat persembunyian.
Instalasi 'Eri' memakan waktu di hari Minggu, tetapi itu sangat berharga.
Dengan mengharapkan pasokan ikan sungai yang stabil, kami akan mendapatkan tambahan makanan.
【058: Yang Tidak Kembali】
Sehari setelah Membuat 'Eri'.
Akhirnya hari ke-39... Senin 26 Agustus telah tiba.
Meskipun hari ini adalah Hari Senin, kami memutuskan untuk beristirahat.
Itu adalah hari libur menggantikan kemarin dimana kami bekerja meskipun saat sedang berlibur, tapi yang terpenting―――,
"Sudah dua minggu, kan?"
"Mizuno-kun..."
Sudah dua minggu sejak Yutaro Mizuno pergi ke pulau seberang.
Sebuah pulau di atas laut yang saat ini kami tuju.
Sebagai atlet triathlon, dia menuju ke pulau untuk pengintaian.
[Jika aku tidak kembali setelah dua minggu ...]
Kata-kata Mizuno muncul di pikiranku.
Aku terus berpikir positif bahwa dia akan kembali hari ini. walaupun yang lainnya tidak begitu.
Meski begitu, Aku tidak akan menyerah sepenuhnya.
"Ayo kita tunggu di pantai untuk jaga-jaga" (Hokage)
Kami memutuskan untuk menghabiskan hari yang berharga dan menunggu kembalinya Mizuno.
◇ ◆ ◇
Setelah sarapan, aku memutuskan menempatkan secara berpasangan disepanjang pantai untuk menunggu Mizuno..
Namun, karena jumlah orang di grup kami, hanya Hinako, Meiko, dan Yoshiokada saja yang terdiri dari tiga orang.
(Jika menunggu secara berpasangan, mengapa tidak menugaskan satu orang saja yang menunggu?)
Mungkin jika orang lain melihat situasi ini akan mengatakan demikian.
Cukup satu orang saja yang mengemban tugas itu.
Semua orang tahu itu efisien.
Aku tahu itu, tapi aku tidak akan memilih itu.
Aku lebih mementingkan rasa emosional daripada rasionalisme.
Jadi, kami hanya duduk dan melihat lautan luas.
"Mungkin ini pertama kalinya aku memikirkannya, hanya duduk seperti ini." (Mana)
Mana duduk di sebelahku.
Mana memiringkan tubuh bagian atasnya sedikit dan membuatnya bersandar di bahu kiriku.
Sementara seperti itu kepala bagian kananku……… tidak ada apa apa.
"Di dunia ini selalu terjadi hal yang tidak terduga." (Hokage)
Aku menggerakkan lengan kananku ke pinggang Mana.
"Ngomong Ngomong, pemandangannya disini indah sekali." (Mana)
"Dan juga...."
Kami berada di tebing dengan tempat persembunyian.
Suara deburan ombak secara teratur bergema dari bawah.
Aku bisa mendengar teriakan tentara monyet dari belakang.
Mereka bekerja di sawah sesuai instruksi Mana.
"Hei, Hokage" (Mana)
"Hmm?" (Hokage)
Aku meraih labu yang kubawa.
Karena aku haus, aku meminum air di dalamnya.
"Siapa saja orang yang telah kamu lakukan hal erotis dengan selain aku?"
" *Buhhkh!* "
Air kuminum dalam mulut tertiup keluar secara tidak sengaja.
Bersamaan dengan itu, airnya tersumbat di tenggorokan, dan membuatku tersedak.
"A~ Ada apa, tiba-tiba menanyakan itu?" (Hokage)
"Kau melakukannya 'itu' dengan yang lain, kan?" (Mana)
"Tidak, umm..."
Jawabannya sulit.
Aku tidak ingin berbohong, tetapi aku tidak ingin mengatakannya dengan jujur.
"Kau tidak mengajaknya kan, melainkan mereka yang mengundangmu kan? Kau itu banyak sekali rahasianya ya, akupun juga begitu sih". (Mana)
"Y~ Yeah, itu benar ..." (Hokage)
"Aku tidak keberatan jika kamu menyembunyikannya. Aku tidak marah karena kau melakukan hal-hal erotis dengan yang lain. Kita juga tidak berpacaran. Dan aku juga mengenal yang lain. Hokage memang seperti itu. " (Mana)
"Benarkah?" (Hokage)
Ini hampir sama dengan mengakuinya.
Namun, bahkan jika aku menyangkalnya, Mana tidak akan percaya.
"Wanita bisa tahu dengan melihat itu. Sophia yang mudah dimengerti. Kamu melakukan sesuatu yang erotis dengan Sophia sehari sebelum kemarin, kan?" (Mana)
Sepertinya memang ketahuan.
Kemarin lusa aku berhubungan seks dengan Sophia.
"Yah, itu benar." (Hokage)
"Kau melakukan dengan siapa lagi?" (Mana)
“…………”
Ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab.
Namun, sepertinya Mana sangat ingin tahu.
Ketika aku diam, dia mengubah cara dia bertanya.
"Apa itu Eri?" (Mana)
"Melakukan hal erotis?" (Hokage)
"Memangnya kita sedang membicarakan apa saat ini?" (Mana)
Teriak Mana dengan kesal.
"Hi ~i". Aku gemetar.
"Jadi, Apa kau melakukannya dengan Eri?" (Mana)
"Y~yeah" (Hokage)
"Arisa Juga?" (Mana)
"Aku hanya berpelukan di hari-hari awal dengan bantuan memancing, apakah itu dihitung?" (Hokage)
"Tidak. itu boleh saja jika hanya melakukannya sampai ciuman. Yang dihitung seperti mengocok penis dengan tangan atau mulut, atau melakukan lebih 'banyak lagi'." (Mana)
Lebih dari 'itu' adalah seks kan.
"Jadi itu tidak apa apa" (Hokage)
"Eri sudah melakukannya, Arisa aman. Bagaimana dengan Karin?" (Mana)
"Iya, aku melakukannya" (Hokage)
"Kamu juga melakukannya dengan Hinako, kan? Tidak perlu bertanya juga mengetahuinya." (Mana)
Aku juga berpikir begitu.
Karena aku merasa nikmat di atas kapal dengan Hinako, sikapku berubah secara terang-terangan.
Tidak perlu melihatnya secara objektif, tetapi jelas dari sudut pandang subjektif.
"Apakah kamu juga melakukanya dengan Meiko?" (Mana)
"Yah ... aku melakukannya." (Hokage)
"Sekarang hanya tinggal Sophia dan Amane yang baru bergabung. Aku kira kau tidak akan melakukannya dengan mereka saat ini" (Mana)
"Ehh, tidak, itu...." (Hokage)
"Hah, kau melakukannya dengan mereka!?" (Mana)
Aku mengangguk dengan gugup.
"Bukankah itu terlalu banyak. Jadi hanya Arisa saja yang 'Aman'. " (Mana)
"Bagaimana denganmu melakukan sesuatu yang erotis denganku?" (Hokage)
"Hahaha. Maaf". Mana tertawa dan meminta maaf.
"Sasuga Hokage. Semuanya menyukaimu, dan hanya untuk mengeluarkan hasrat seksualnya saja." (Mana)
"Kalau begitu, para pria lainnya yang ada disini juga sama, kan"(Hokage)
"Itu tidak benar., Kau itu berbeda" Mana langsung menjawab.
"......"
"Hokage lebih menarik dari yang kukira."(Mana)
"Aku senang kamu mengatakan itu, terima kasih." (Hokage)
"Sebab itu, Aku sedikit cemburu." (Mana)
Pipi Mana memerah.
"Bahkan jika kamu mengatakannya, aku tidak bisa menolak jika kamu mengundangku." (Hokage)
"Kamu baik sekali yah". (Mana)
"Aku hanya memiliki banyak libido, karena aku seorang laki laki berusia 18 tahun." (Hokage)
Percakapan berhenti di situ.
Melihat laut, dan suasana begitu canggung.
Namun, seseorang yang diharapkan muncul tidak terlihat.
Kemudian hanya waktu yang berlalu dan hari sudah siang.
Karena perlu makan siang, semua orang kembali ke 'tempat persembunyian'.
Saat makan siang, setiap pasangan melapor satu sama lain.
"Begitu ya,……" (Hokage)
Akibatnya, tidak ada pasangan yang bisa menemukan Mizuno.
Setelah makan siang suasana cukup mencekam, aku kembali ke tempatku lagi.
"Sial, jika kau masih hidup, itu tidak apa-apa, tapi....." (Hokage)
Ada berbagai kemungkinan alasan mengapa Mizuno tidak kembali.
Dia ditangkap dengan pribumi di pulau sebelah sana.
Atau dia mungkin terluka dan tidak bisa kembali.
Atau juga, Mizuno menilai bahwa laut lebih ganas dari yang diharapkan dan sulit untuk kembali.
Kasus terburuknya adalah kematian.
Sayangnya, kematian adalah alasan yang paling mungkin.
"Ini adalah batasnya" (Hokage)
Hari telah berlalu dan hari sudah malam.
"Ayo kita kembali" (Hokage)
Kami berdiri dan menuju 'tempat persembunyian'.
Kami sampai terlebih dahulu, dan kemudian anggota lain kembali.
Setiap kali pasangan baru kembali, aku menyadari dengan melihat wajah para anggota.
Ekspresi wajah orang-orang yang memasuki 'tempat persembunyian' itu sangat gelap.
"Aku sudah mengetahui ekspresi dari wajah kalian."
Pada akhirnya, Yutaro Mizuno tidak kembali.
【059: Memikirkan Kembali Kebijakan】
Situasi kami berubah total karena Mizuno tidak kembali. Pada keesokan harinya, aku mengubah jadwalku dan memutuskan untuk mengadakan pertemuan darurat, dikarenakan pada malam hari kami tidak melihat Mizuno, kami pergi tidur.
Sebenarnya, aku ingin berbicara pada malam itu. Namun, karena di dunia ini tubuh harus dijaga, jadi dilarang keras untuk begadang.
Oleh karena itu, tidak peduli seberapa frustasinya keadaan kami, kami harus tidur.
Saat pagi buta, setelah sarapan sederhana. Pertemuan diadakan untuk mempertimbangkan kembali masa depan.
Duduk di sekitar api unggun yang padam dengan semua orang.
"Bukankah lebih baik berhenti membidik pulau di sana?". (Karin)
Hal pertama yang mengatakan adalah Karin.
Semua orang memiliki ekspresi gelisah di wajah mereka.
"Aku pikir ini terlalu dini untuk berhenti, tetapi lebih baik untuk mempertimbangkan kembali dan menaikkan resikonya supaya tidak terjadi masalah saat pergi." (Sophia)
Ini adalah pendapat Sophia.
"Aku tidak setuju dengan pendapat Ojou-sama." (Amane)
Amane yang membuka mengatakan pendapatnya.
"Aku menentang membidik pulau di sana. Memang aku ingin menemukan petunjuk untuk kembali ke Jepang, tapi kurasa tidak
akan terjadi dalam waktu dekat ini.
Dunia yang berbeda ini adalah lingkungan yang benar-benar berbeda dari bumi, misalnya ada kemungkinan untuk menggunakan
sihir, atau hal hal lain yang tidak bisa dilakukan di Bumi, tetapi dalam kenyataannya adalah Dunia ini hampir sama
dengan Bumi. Konsentrasi oksigen dan gravitasi sangat mirip sehingga tidak dapat menganggapnya sebagai dunia yang
berbeda. Dalam keadaan seperti itu, apakah ada cara untuk kembali ke Bumi jika kita pergi ke tempat lain. Aku tidak
berpikir itu ide yang bagus.
Tapi, lingkungan saat ini sangat nyaman. Bukankah lebih baik berpikir tentang tinggal disini untuk waktu yang lama
daripada kembali ke Bumi?" (Amane)
Amane mengungkapkan pendapatnya dengan nada sopan.
"Apakah itu gagasan bahwa kita harus berusaha keras untuk hidup di dunia ini daripada mencari cara untuk kembali ke Bumi?" (Hokage)
Menurut pendapatku, aku setuju dengan pendapat Amane.
Bagiku, lingkungan saat ini adalah dunia yang aku dambakan sejak kecil.
Jika dapat menghabiskan waktu di dunia ini, maka tidak perlu kembali ke Bumi.
Tapi―――,
"Tapi mengapa tidak menyerah untuk kembali ke Bumi? Aku pribadi setuju dengan Amane, tetapi sebagian besar anggota bertujuan untuk kembali ke Bumi. Karena mereka memiliki tujuan itu, aku tidak setuju untuk mengabaikannya meskipun disini lingkungannya bagus." (Hokage)
―――Ketika berpikir sebagai sebuah tim, pendapat Amane adalah negatif.
"Aku tidak keberatan jika aku tidak bisa kembali ke Jepang." (Tanaka)
"Aku juga" (Kageyama)
Tanaka dan Kageyama.
Semua orang terkejut dengan apa yang mereka katakan.
"Kenapa? Kamu tidak ingin kembali. Tidak ada 2D di dunia ini. Tidak ada anime, manga, atau game. Kalian menyukai itu kan?"
Para gadis itu mengangguk.
Muscle juga mengangguk.
"Itu memang benar.
Aku dan Kageyama-dono di Jepang suka dibully. Aku khawatir aku akan dibully kembali oleh orang-orang seperti
Sasazaki-dono dan dijauhi di sekolah. Dibandingkan dengan hari-hari itu, sekarang sangat menyenangkan.
Sulit untuk mengatakan bahwa itu juga luar biasa di sini, tapi aku masih takut kekuatanku apakah berguna disana. Selain
itu, aku tidak menyesal berteman dengan gadis cantik seperti Eri-dono. Bukankah itu tidak mungkin di Jepang? "(Tanaka)
"Aku mengerti" (Arisa)
"Menyedihkan memang karena tidak ada anime atau manga, tapi ada banyak hal lain di sini. Ini seperti memancing yang diajarkan oleh Arisa-dono." (Kageyama)
Ini jadi semacam cerita sedih saja.
"Kamu mengatakan hal-hal yang baik yah." (Arisa)
Arisa mengeluarkan air mata.
Aku pikir itu adalah responnya, tetapi kata-kata Tanaka menyentuh hatiku.
[Ada beberapa kelompok yang tidak ingin kembali ke Jepang lebih dari yang ku harapkan ...]
Ketika aku bergumam, satu orang menyangkal.
"Aku pasti ingin kembali, ―Muscle!."
Itu Muscle Takahashi.
"Di dunia ini, Ototku terus melemah. Meskipun aku memakan dengan menggunakan bahan alami dan telah berlatih, tubuhku telah menjadi sangat menyedihkan, jadi aku ingin ke Jepang sesegera mungkin dan berlatih di gym." (Takahashi)
Takahashi ingin kembali
"Aku ingin pulang jika memungkinkan" (Meiko)
Meiko setuju dengan Takahashi, dan wanita lain setuju satu demi satu. Bahkan Karin juga, dia berharap bisa kembali ke Jepang. Namun, Karin hanya bertanya apakah kita harus berhenti bertujuan pergi ke pulau lain karena itu terlalu berbahaya.
"Aku mengerti……"
Pendapat dibagi dengan cara yang mudah dipahami, apakah mereka ingin kembali ke Jepang atau tidak.
Para gadis sebagian besar ingin kembali ke Jepang.
Satu-satunya pengecualian adalah Amane dan Hinako.
Di sisi lain, para laki laki tidak ingin kembali ke Jepang kecuali Takahashi.
Di Jepang, mereka adalah karakter moob di bagian bawah kasta kelas. Termasuk aku.
Pro dan kontra bepergian ke pulau lain juga terbagi.
Yang setuju adalah Aku, Mana, Eri, Arisa, Meiko, Takahashi, Sophia, Yoshiokada.
Sebaliknya, yang tidak setuju adalah Karin, Tanaka, Kageyama, Amane, Hinako.
Apakah kitakembali ke Jepang atau tidak? Apakah masih ingin pergi ke pulau di sana, atau akankah hanya menetap disini?
Jika terus seperti ini, ada berbagai pendapat.
"Bagaimana pengambilan keputusannya? Suara mayoritas?" (Mana)
Mana bertanya padaku, tapi Sophia menjawab.
"Bukankah tidak apa-apa untuk menyerahkannya pada Shinomiya-sama?
Kita sekarang bisa hidup karena upaya Shinomiya-sama. Semuanya sudah tahu bahwa dia adalah pemimpin yang baik, dan
setiap orang memiliki keyakinan penuh dalam keputusannya.
Sepintas, suara mayoritas tampaknya baik karena memakai pendapat mayoritas, tetapi ketidakpuasan tetap ada pada
minoritas. Tetapi jika keputusan dibuat oleh seorang pemimpin berbakat yang dipercaya semua orang, bahkan jika itu
berbeda dari pendapat diri kita, kita akan menerimanya." (Sophia)
"Benar" Semuanya mengangguk.
"Tunggu sebentar. Jika hanya menyerahkan masalah ini pada keinginanku. Aku mungkin akan memutuskan untuk tinggal disini karena keinginanku tinggal disini lebih besar daripada siapa pun di sini. Apakah itu terlalu tidak adil untuk menyerahkan keputusan kepada orang sepertiku?" (Hokage)
"Tidak ada hal seperti itu.
Shinomiya-sama yang kita kenal, tidak akan pernah membuat keputusan berdasarkan keinginannya sendiri. Bahkan jika
keputusan itu tidak membuatnya merasa ingin kembali ke Bumi, itu adalah untuk 'grup'. Aku yakin bahwa ini adalah jawaban
yang terbaik setelah memikirkannya." (Sophia)
"Itu benar," (Mana).
"Aku pikir Hokage akan memprioritaskan 'Grup' daripada dirinya sendiri." (Eri).
Semua orang setuju dengan pendapat Sophia.
"Jadi, Shinomiya-sama yang harus memutuskan. Kami akan mengikuti keputusan itu. Apapun jawabannya, kami tidak akan pernah berselisih." (Sophia)
Diserahkan padaku untuk membuat keputusan penting yang belum pernah terjadi sebelumnya.
[Langkah terbaik untuk grup...]
Aku berpikir untuk sementara waktu.
Berbagai elemen dipertimbangkan.
Masa depan, harapan, kemungkinan, risiko, dan lainnya …….
Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku cukup pintar untuk memutuskan.
Kemampuan akademikku tidak tinggi, dan bahkan tidak terlalu pintar.
Tetap saja, aku harus memikirkannya.
Berpikir keras, berpikir berpikir, dan mempertimbangkan berkali-kali.
Aku adalah pemimpin di sini.
Aku berada di posisi yang sama dengan Perdana Menteri, kepala negara dan presiden.
Saat aku menyadarinya, aku hampir dihancurkan oleh tekanan.
Aku berhasil menanggungnya, menanggungnya, dan memimpin jawaban dengan caraku sendiri.
"Aku telah memutuskan" (Hokage)
membuka mulutku setelah berpikir.
Sementara semua orang menatapku dengan tenang.
"Tidak ada perubahan dalam tujuan kita. Tetap dilanjutkan. Aku tidak tahu kapan itu akan terjadi, tetapi pada akhirnya kita akan pergi ke pulau di sana."
Jawaban yang aku berikan adalah untuk tidak berhenti bertujuan pergi ke pulau lain.
"Sudah dipastikan tidak ada penduduk asli di pulau ini. Tidak ada yang namanya alat teleportasi untuk ditransfer ke Bumi. Jika kita mencoba mencapai tujuan kita untuk kembali ke Bumi, mungkin akan berada di pulau ini dan juga mungkin tidak. Juga ada kemungkinan juga ada petunjuk di pulau sana.”
Cerita belum berakhir.
“Namun, kapal itu akan lebih kuat dari yang direncanakan semula. Kami bertujuan untuk membangun sebuah kapal layar besar untuk bertahan di laut yang ganas. Tidak hanya untuk menyeberangi laut, tetapi untuk kembali ketika tidak ada harapan di sana. Rencana ini mungkin akan berjangka waktu yang lama. Jadi, mungkin kita juga akan tinggal disini selama bertahun-tahun. Tetap saja, kita tidak akan mengubah tujuan kita. Aku akan pastikan itu untuk mewujudkannya!. "
"" "" Oh! "" ""
Semua orang mengangkat tangan kanan mereka.
Ketika selesai, itu adalah kalimat "Mempertahankan tujuan".
Meski begitu, sikap itu berbeda sebelum dan sesudah pertemuan.