Isekai Yurutto Survival Seikatsu Chapter 101 - 107「R18」Bahasa Indonesia

Light Novel Easy Survival Life in The Other World Chapter 101-107. Isekai Yurutto Survival Seikatsu Chapter 101-107. [R18] Bersama dengan Mana di Gua

【101: Cerita tentang pembuatan baja】

―――Jam makan siang.

Laulau yang kubuat diterima dengan baik.

"Wow! Enaknya!" (Arisa)
Arisa memegang pipinya.

"Ini enak dengan perpaduan rasa yang bagus." (Karin)
Karin juga makan dengan ekspresi ceria.

"Ini hanya dibungkus dengan daun dan dikukus, tapi apa bedanya?" (Eri)
Eri yang mengetahui tentang masakan terkejut.

Beberapa jam yang lalu, Keadaan Eri berada pada level di mana dia tidak bisa bergerak karena menstruasinya, tetapi sekarang terlihat baik-baik saja.

Sepertinya itu benar-benar energinya pulih kembali setelah melihat hidangan yang tidak Eri ketahui.

Namun, aku akan membiarkannya istirahat kali ini. Hari Ini sampai lusa akan menjadi waktu istirahat Eri.

"Seperti biasa, jika rasanya hambar, pakailah garam untuk memperkaya rasanya." (Hokage)

Kami menggunakan garam jika ada kesempatan. Hal ini karena selera orang orang berbeda.

"Ternyata bisa dipakaikan dengan garam toh.!" (Arisa)

Arisa mengambil sejumput garam dan menaburkannya di Laurau.Kemudian dia memakan daging babi hutan lagi dan berteriak

"Uenaak!".

Melihat Arisa, aku juga memakai garam dimakananku dan ternyata memang rasanya bertambah enak. Aku bersyukur bahwa garam ada disini.

"Ngomong-ngomong, Aku jadi penasaran..." (Karin)

Ketika waktu makan akan berakhir, Karin bertanya sesuatu.

"Hokage, kenapa kau tidak material dari besi?" (Karin)

"Huh, memangnya Hokage bisa membuat besi?" Mana terkejut,

"Aku pikir bukannya tidak bisa membuatnya, tetapi tidak bisa dilakukan saat ini." (Shiori)

"Aku pikir kau bisa membuatnya, iya kan? Hokage" (Karin)

"Seperti kata Karin. aku bisa membuat besi." (Hokage)

Sampai saat ini perunggu dipakai secara teratur bukan karena besi tidak dapat dibuat.

Aku saat ini juga bisa membuatnya jika aku ingin.

"Tentu saja, ada alasan untuk tidak melakukannya." (Hokage)

Aku mengangkat jari telunjuk kananku.

"Alasan pertama adalah untuk mempertimbangkan keamanan. Untuk membuat besi, dibutuhkan api dengan suhu yang jauh lebih tinggi dari api unggun biasa. Tentu saja, tidak peduli seberapa hati-hatinya, ada risiko luka bakar.... atau lebih tepatnya kau bisa terbakar, dan luka yang akan dapatkan jauh lebih parah dari sekedar luka bakar, karena suhu yang diperlukan untuk membuat besi lebih dari 2000° celcius.” (Hokage)

"" Du~dua ribu!? ""

"Api unggun yang ada di sana kira kria sekitar 300° Celcius. Dengan kata lain, sekitar 7 kali lebih panas dengan perhitungan sederhana. Jika menyentuhnya dengan buruk, itu pasti akan terluka parah. Namun, ini adalah suhu Celcius ... Dalam ilmu kimia, perbedaannya sekitar empat kali lipat dari suhu absolut yang digunakan di bidang itu." (Hokage)

"Ini terlalu panas." (Karin)

"Begitulah adanya." (Hokage)

Alasan utama untuk tidak membuat besi adalah untuk mempertimbangkan keamanan.

“Apakah ada alasan lain untuk alasan pertama?” (Karin)

"Ya, alasan kedua adalah butuh banyak pekerjaan untuk membuatnya.
Seperti yang aku katakan sebelumnya, pembuatan baja membutuhkan suhu api lebih dari 2000 °. Untuk mencapai itu, perlu dibuat berbagai peralatan. Diperlukan peralatan yang biasa disebut "blast furnace", tetapi sulit untuk membuatnya. Mengingat jumlah orang yang ada disini, membangun bengkel pengerjaan besi akan sulit dan kita tidak akan punya waktu untuk melakukan pekerjaan lain." (Hokage)

"Jadi begitu" (Karin)

Selain keamanan, butuh waktu dan tenaga.
Selain itu―――.

"Untuk alasan ke 3 adalah karena di pulau ini mudah mendapatkan perunggu secara massal."(Hokage)

"Maksud kamu apa?" (Karin)

"Sebenarnya, tidak perlu membuat api dalam pembuatan perunggu. Karena titik leleh tembaga, yang merupakan komponen utama perunggu, adalah sekitar 1100 °, itu biasanya membutuhkan suhu panas 1100 ° untuk mencapai itu. diperlukan membutuhkan tungku yang bagus." (Hokage)

"Tapi kita tidak memiliki tungku yang begitu bagus, kan? Ada tungku api yang dibuat oleh Hokage di luar tempat persembunyian. Apakah kamu membuat api untuk mencapai suhu yang pas dengan tungku itu?"

Itu adalah tungku sederhana yang digunakan untuk penguat suhu panas.

Sebuah batu yang ditumpuk dalam bentuk frustum[1], yang dikeraskan dengan menutup lubang dengan tanah liat. Ada cerobong asap di bagian atas dan outlet untuk bahan di bagian bawah.

"Tidak, aku belum berhasil untuk mencapai suhu itu. Suhu di tungku yang kubuat mungkin sekitar 600°." (Hokage)

"Ternyata begitu ya... aku pikir itu berhasil" (Karin)

"Ini adalah tungku yang dibuat dengan mempertimbangkan kegunaannya. Karena mudah dibuat, dan kinerjanya tidak tinggi. Alat yang dibuat Meiko untuk menyalurkan oksigen ... Ini disebut bellow, tetapi jika ada itu dan menambahkan oksigen, kupikir tungkunya akan naik sekitar 800 ° atau 900 °.... Tetapi disini hanya butuh suhu 600° saja untuk membuat perunggu. " (Hokage)

"Kenapa?" (Karin)

"Karena batu yang digunakan untuk membuat tungkunya adalah batu yang awalnya adalah perunggu." (Hokage)

"Batu perunggu? Apakah itu ada?" (Karin)

"Di pulau ini sudah ada" (Hokage)

Perunggu adalah paduan tembaga dan timah. Campuran tembaga dengan titik leleh sekitar 1100 ° dan timah dengan titik leleh sekitar 230 °.

Alasan terjadinya pencampuran ini adalah bahwa tembaga yang terlalu lunak.

Dan titik leleh perunggu yang sudah jadi adalah sekitar 900 °.

Awalnya, perunggu tidak dapat dibuat tanpa mencampur tembaga dan timah.

Namun, di pulau ini, batu perunggu yang dicampur sejak awal sudah ada.

Apalagi batu perunggu memiliki kandungan timah yang sangat tinggi. Oleh karena itu, titik lelehnya kurang dari 600 °.

“Tepatnya, perunggu yang kita buat berbeda dengan perunggu yang kita pelajari di kelas sejarah. Bahkan jika perunggu adalah perunggu, itu memiliki proporsi timah yang sangat tinggi. Oleh karena itu, dapat diproses hanya dengan memperkuat suhu panas yang kecil." (Hokage)

Sejumlah besar batu perunggu ada di dekat Gua Shinomiya.

Tentu saja, karena ini adalah buatan alami, ada beberapa variasi dalam kualitas.

Terutama ketika kandungan tembaga yang terlalu tinggi dan daya panasnya cukup tinggi untuk memprosesnya.

Dalam kasus seperti itu, aku menambahkan timah atau tembaga untuk menurunkan titik leleh.

“Itulah mengapa membuat besi tidak bagus untuk kita. Bahkan jika dilihat dari sejarah, besi telah menggantikan peralatan perunggu karena saat itu besi bisa diproduksi secara massal dengan biaya rendah.” (Hokage)

"Begitu ya. Ketika aku mendengar ini, aku menjadi yakin bahwa Hokage adalah seorang pemimpin yang baik." (Karin)

"Sekarang, mari kita mulai kegiatan sore ini." (Hokage)

"" "Ohh!" ""

Begitu pembicaraan tentang pembuatan baja selesai, kegiatan selanjutnya dimulai.

◇ ◆ ◇

Note

  1. Frustum

【102: Kerang dan abalon】

"Apakah kau benar-benar baik-baik saja?" (Hokage)

"Ya, aku menjadi lebih baik ketika aku makan makanan Hokage-kun." (Eri)

Eri kembali memasak di sore hari. Namun, pekerjaan yang dilakukan hanya memasak di tempat persembunyian.

Bagiku, aku ingin Eri beristirahat tanpa melakukan apa pun. Namun, Eri sendiri menolaknya, jadi dia dengan enggan menerimanya.

"Jangan berlebihan yah." (Hokage)

"Tidak apa-apa. Tanaka akan melakukan yang terbaik." (Eri)

"Serahkan padaku!" (Tanaka)

Setelah menyerahkan pekerjaan memasak kepada Eri, aku memulai tugas lain. Pekerjaan sore adalah pengumpulan bahan-bahan laut.

"Maaf yah, Muscle, Hinako" (Hokage-kun)

"Tidak masalah *muscle!" (Muscle)

"Tolong serahkan padaku! Shinomiya-san!" (Hinako)

Aku menjalankan perahu nelayan ke laut bersama Muscle dan Hinako. Muscle bekerja untuk bagian dayung karena dia yang paling kuat. Hinako akan bertanggung jawab atas pekerjaan bawah air dengan aku.

"Sepertinya tempat ini oke. Tolong berhenti disini." (Hokage)

"Mengerti *muscle!" (Muscle)

Ketika aku membiarkan Muscle tetap berada di kapal, aku menanggalkan pakaianku. Di dunia ini tidak ada baju renang, jadi pekerjaan di bawah air dilakukan dengan telanjang.

"Mu~Muscle-san, tolong jangan dilihat, ya?" (Hinako)

Hinako dengan takut-takut menyuruh Muscle untuk tidak melihatnya

"Tentu! *muscle" Muscle mengangguk.

Setelah memastikan itu, Hinako mulai melepas pakaiannya.

Saat Hinako membuka baju, aku melirik Muscle. Hinako sudah telanjang. Aku pikir aku akan memergokinya jika Muscle mengintip, tetapi sepertinya baik baik saja. Muscle terus memunggungi kami.

"Baiklah, ayo menyelam."

"Ya!"

Aku dan Hinako menyelam ke laut sambil memegang pisau bambu di tangan kanan. Pisau ini hanya bentuknya saja, tidak ada ketajamannya. Namun, itu tidak masalah karena aku tidak memotong mangsanya secara terpisah.

(Sungguh, aku bersyukur membawa kacamata renang)

Aku dan Hinako memakai kacamata.
Untungnya, itu adalah alat modern yang dibawa ke pulau ini. Berkat ini, aku dapat melihat bagian dalam laut dengan jelas.

(Itu, ketemu.)

Aku mengirim isyarat tangan ke Hinako dan menuju ke dasar laut bersama. Kami menyelam tidak jauh dari pantai, dan karena dasarnya dangkal, kami sudah ada didasar laut.

Kirim sinyal visual ke Hinako dengan kata seperti (Lihat baik-baik ya). Dia mengangguk seolah-olah dia berkata "Oke".

Aku meraih kerang yang tak terhitung jumlahnya yang ada di pasir di dasar laut.

Ini adalah kerang.

(Oh!)

Ketika aku mendekat, kerang itu memantul. cangkangnya terbuka perlahan, menutupnya dengan kuat, dan pada saat yang sama melompat secara vertikal.

*Blupblupblup!*

Aku terkejut, tetapi Hinako bahkan lebih terkejut. Kerang itu menghembuskan sejumlah besar udara dan menyumbat air laut di tenggorokan kami. Setelah itu, tentu saja, aku dan Hinako pergi kepermukaan laut untuk mengisi ulang oksigen.

Kemudian aku mengambil kerang dengan tangan. Namun, setelah beberapa saat, aku mendapat ide. Yaitu langsung mengambil kerang dengan cangkangnya.

Karena terbatasnya waktu untuk menyelam, hanya ada beberapa hewan yang dapat ditangkap dalam satu kali penyelaman. Untuk mengamankan makanan bagi semua orang, perlu menyelam setidaknya beberapa kali.

(Oh, itu Hinako)

Aku melewati Hinako sambil kembali ke permukaan laut. Dia menatapku dan tersenyum, dan―――.

(Wow, Hinako ini, mencari masalah!)

Hinako menyentuh penisku dengan wajah yang polos. Meskipun hanya disentuh ringan, aku ereksi sampai 40% dalam sekejap. Yare~yare, perempuan yang nakal.

[Puha~a!]

Sambil dikejutkan oleh serangan mendadak Hinako, kami tiba dengan selamat di permukaan laut.

"Selamat datang kembali!" (Muscle)

"Yah, ini, tolong bantuannya." (Hokage)

"Serahkan padaku!" (Muscle)

Aku menyerahkan kerang yang kuambil ke muscle yang menunggu di perahu.Kemudian Muscle menaruhnya ke dalam ember tembikar. Lalu aku kembali menyelam

Segera setelah mulai menyelam, aku melewati Hinako dan dia sudah memiliki kerang di tangannya.

(Jika begini, aku sudah bisa menyerahkan pekerjaan ini padanya dan aku bisa melakukan hal lain.)

Lalu aku pergi menuju ke permukaan dengan Hinako.

"Hinako, aku akan melakukan hal lain. Bisakah aku menyerahkan sisanya padamu?" (Hokage)

"Iya, tidak masalah!" (Hokage)

"Hati-hati dengan bintang laut. Jika kamu tidak mendekatinya, itu tidak akan mengancam." (Hokage)

"Aku mengerti!" (Hinako)

Bintang laut lebih suka kerang. Oleh karena itu, ada juga bintang laut di habitat kerang. Tergantung jenisnya, tapi bintang laut berbahaya karena mengandung racun. Sebaiknya dihindari sebisa mungkin.

"Kalau begitu, Sampai jumpa lagi" (Hokage)

Aku menyerahkan pengumpulan kerang kepada Hinako dan kemudian aku menuju ke habitat kerang abalon. Kerang biasa hidup di dasar laut yang dangkal, sedangkan kerang abalon hidup di karang berbatu.

(Sangat mudah untuk menangkap kerang abalon di siang hari)

Kerang Abalon aktif di malam hari. Karena itu, kerang abalon tidur di sela-sela batu pada siang hari. Untungnya aku sudah biasa mencarinya jadi sangat mudah menemukannya.

(Kerang itu terlihat enak ...)

Seperti kerang lain, abalon juga tersedia dalam kualitas tinggi. Ada pesona yang membuat ngiler bahkan sebelum kerang abalon dimasak. aku menjadi semangat dalam mengumpulkannya.

(Sepertinya sudah waktunya untuk mengambil napas di permukaan )

Lalu aku memperhatikan ada sesuatu di belakangku.

(Ehh! Kenapa kamu menunggu tepat di belakangku!)

Ada hiu tepat di belakangku. Itu hiu biasa.

(Aku benar-benar terkejut melihatnya)

Aku menggunakan pisau bambu untuk mengupas kulit abalon. Ketika terbuka, aku membuka paruh merah yang keras.Lalu hal lainnya yang tidak diperlukan dihilangkan, kemudian sisanya diberikan kepada hiu.

(Apakah hiu suka makan abalon?)

Jika itu tidak sesuai dengan mulut hiu, aku khawatir tentang apa yang harus dilakukan. Hiu itu mungkin marah ketika memakan sesuatu yang tidak tidak disukainya. Namun, aku tidak bisa melakukan apa-apa. Gerakan Hiu itu berubah ketika dia melihat situasinya.

Hiu itu terlihat menyeringai kepadaku. Dengan sudut mulut terangkat, mulutnya sedikit terbuka dan menuju ke arahku.Rupanya dia senang.

(Bawa aku sampai ke permukaan, tolong ya.)

Aku mengirim isyarat tangan seperti acungan jempol. Dan tampaknya hiu itu mengerti, kemudian hiu itu membawaku dan naik ke permukaan laut.

"Selamat datang kembali!" (Muscle)

"Selamat datang kembali, Shinomiya-san!" (Hinako)

"Yah aku kembali" (Hokage)

"" ―――Eeeee!? ""

Benar saja, Hinako dan Muscle terkejut melihat hiu itu. Hiu itu tampaknya tidak senang dengan reaksi tersebut dan menghilang di suatu tempat.

(Aku harus memberi nama pada hiu itu suatu hari nanti.)

Sambil melihat bagian belakang hiu, aku bergumam hal tersebut.Sementara Hinako dan Muscle masih terkejut.

【103: Persiapan kerang】

Kerang biasa dan kerang abalon yang telah dikumpulkan akan dimakan hari ini.

Jika menyimpannya di lingkungan yang sesuai, kerang itu bisa disimpan.

Kerang adalah makanan yang ada hubungannya dengan keracunan makanan.

"Uhhhh! Abalon! Kerang! Kelihatannya sangat enak!" (Arisa)

Di tempat persembunyian, ada Arisa selain Eri dan tim kerajinan.

Disana, Arisa menyerahkan ikan yang baru ditangkap di serahkan kepada Eri.

Arisa melihat bawaan kami dan membuat suara keras.

"Tapi Eri, apakah kamu baik-baik saja? Saat menstruasi makanlah sesuatu yang mentah.!" (Arisa)

"Jangan katakan itu keras-keras." (Eri)
Wajah Eri memerah dan marah pada Arisa.

"Dasar Arisa tidak tahu sikon(situasi dan kondisi) yah." (Hokage)

Aku juga berkata kepada Arisa dengan senyum pahit.

Arisa tampaknya tidak peduli dan tertawa penuh semangat.

"Aku akan melakukan pra-perawatan sendiri, jadi seharusnya masalah sampai batas tertentu. Dan kali ini, aku akan memasak semuanya, jadi tidak ada seafood mentah." (Eri)

"Ehh! tidak apa untuk abalon, tapi kalau kerang ayolah makan mentah!" (Arisa)

"Aku mengerti perasaanmu, tapi aku pikir harus memikirkan tentang keselamatan dulu. Sudahlah menyerah saja. Dan aku masih punya abalon. Apakah kamu membenci abalon mentah?" (Hokage)

"Abalon dipanggang dan dimakan, bukan!? tarian panggang" (Arisa)

"Terkadang aku juga memakannya mentah-mentah." (Hokage)

Arisa sepertinya belum pernah makan abalon mentah.

"Beneran!?" (Arisa)
Itu memang tidak biasa,
tapi Arisa terkejut.

"Jika kamu pergi ke restoran Jepang tertentu, ada tempat di mana kamu bisa mendapatkan sashimi abalon." (Hokage)

Seperti yang dikatakan Arisa, abalon adalah makanan pokok dari tarian memanggang.

Bisa dibiarkan apa adanya, atau bisa dipanggang dengan mentega atau kecap.

Namun, cara memakan sashimi juga merupakan bahan yang enak.

Ditandai dengan tekstur yang renyah dan rasa manis yang lembut, paling enak ditaburi kecap asin yang terbuat dari hati abalon.

"Abalon memiliki rasa manis yang kuat saat mentah, dan ketika dimasak, berubah menjadi umami. Jika kamu kembali ke Jepang dan makan abalone, kamu pasti akan terkejut dengan rasanya." (Hokage)

"Hokage, kau seorang pecinta makanan!" (Arisa)

Arisa yang terkesan lalu membuat perkataan ejekan itu.

"Ooo" (Eri)
Di samping itu, Eri terkesan.

"Aku akan melakukan proses awal, lalu aku akan menyerahkan memasak kepada Eri." (Hokage)

"Aku akan membantumu! Shinomiya-san!" (Hinako)

Hinako segera mengangkat tangannya.

Di sisi lain, Meiko berkata dari kejauhan.

"Hinako, bisakah kamu membantu yang disini" (Meiko)

"Uuuuu..." (Hinako)

Hinako terlihat kecewa. Namun, Hinako setuju bahwa dia tidak bisa melawan Meiko.

"Aku sendiri sudah cukup kok. Muscle, kamu harus kembali ke pekerjaanmu yang biasa." (Hokage)

"Mengerti!" (Muscle)

Dengan cara ini, aku mulai menyiapkan kerang dan abalon.

◇ ◆ ◇

Persiapan kerang itu mudah.

Pertama, buka paksa cangkang tertutup dengan pisau survival.

Kemudian, kerang seperti otot adduktor muncul.

Kerang adalah gumpalan putih yang merupakan bahan stkamur sushi.

Bagian yang paling enak dimakan, kerang adalah pilar cangkang.

Vila vila yang mengelilingi otot adduktor adalah tali.

Dan juga ada seperti otot pada kerang.

Meskipun merupakan otot, itu juga memainkan peran matanya.

Kali ini aku memutuskan untuk hanya menggunakan otot adduktor.

Untuk bagian lain, kami berencana untuk memanggangnya dengan benar dan memberikannya kepada Tentara Monyet.

"Hokage-kun, kenapa kamu menggunakan dua air?" (Eri)

Saat bekerja, Eri mendekat.

Dia tampaknya khawatir tentang dua ember tembikar di sampingku.

Keduanya mengandung air. Salah satunya adalah air laut dan yang lainnya adalah air sungai.

"Beberapa jamur pada kerang suka dan tidak suka garam, jadi aku menggunakan air laut yang tinggi garam dan air sungai yang rendah garam."

Aku menunjukkannya sambil berbicara.

Pertama dicuci dengan air laut, lalu dengan air sungai.

"Ini akan mengurangi jumlah bakteri." (Hokage)

"Beberapa bakteri tidak menyukai garam, meskipun mereka hidup di laut." (Eri)

"Betul" (Hokage)

Itu dimasak sehingga tidak perlu mencucinya dengan hati-hati.

Meski begitu, aku mencucinya dengan seksama dan hati-hati.

Melihat sosok itu, Eri dengan senang hati mengendurkan pipinya.

"Eri-dono! pekerjaanku sudah selesai!" (Tanaka)

Tanaka, yang sedang bekerja di luar, sudah kembali.

Setelah membalas Tanaka, Eri berkata kepadaku "sampai nanti" dan pergi.

"Nah, selanjutnya adalah abalon." (Hokage)

Persiapan kerang itu mudah, tetapi abalon agak sulit.

Pertama-tama, lendir dan kotoran di permukaan kerang abalon harus dihilangkan.

(Ini terlihat seperti..., abalon terlihat seperti kemaluan wanita...)

Ups, aku memikirkan sesuatu yang aneh.

Nah, itu adalah metode untuk membersihkan permukaan, tetapi metode pertama adalah dengan menggunakan sikat gosok.

Ini dapat dengan mudah dibersihkan dengan menyekanya dengan sikat gosok yang direndam dalam air laut.

Namun, sayangnya, tidak ada sikat penggosok di sini.

Tidak ada pilihan, jadi aku memutuskan untuk menggunakan kain yang cocok kali ini.

Garam kain yang direndam dalam air laut dan aku gunakan untuk menggosok permukaan abalon.

Meskipun kurang efisien dibandingkan sikat gosok, ini adalah akhir dari tahap pertama.

Selanjutnya, gunakan pisau survival untuk mengupas cangkangnya.

Saat membalik tubuh yang dikupas, akan terlihat ada benjolan merah di ujungnya.

Ini adalah mulut abalon, keras dan tidak cocok untuk makanan.

Jadi lepaskan mulutnya.

Selanjutnya, bersihkan juga bagian belakang.

Ini lebih mudah daripada permukaan.

"Eri, apakah kamu menggunakan hati abalon?" (Hokage)

"Hmm, aku cukup khawatir, jadi aku pikir tidak memakainya!" (Eri)

"Baiklah!" (Hokage)

Eri mengatakan tidak pernah memasak kerang atau abalon.

Oleh karena itu, tampaknya Eri hanya berniat menggunakan otot adduktor standar saja.

Jika tidak menggunakan hati abalon, hanya ini yang perlu aku lakukan.

Setelah itu, aku menggunakan air laut atau air sungai untuk menghilangkan garam yang menempel di permukaan.

Jika menggunakan hati abalon, prosedur untuk persiapan awalnya akan bertambah.

Penting untuk mengeluarkan karung pasir dari hati.

Selanjutnya, perlu untuk mengkonfirmasi apakah itu beracun.

Hati abalon tidak selalu bisa dimakan.

Tepatnya, itu bukan hati tetapi bagian yang disebut garis usus tengah, tetapi bagian itu mungkin ternoda racun.

Jika dimakan oleh racun, itu dapat menyebabkan fotosensitifitas* dalam kasus yang jarang terjadi. (TLN: fotosensitifitas bisa dibilang takut sinar matahari)

Gejalanya bukan diare atau muntah-muntah yang merupakan keracunan makanan stkamur, tetapi jika terkena sinar matahari, kulit terasa perih seperti terbakar.

Meskipun tidak ada bahaya kematian, itu merepotkan karena butuh 3 minggu untuk sembuh total.

Omong-omong, garis midgut beracun atau tidak dapat diidentifikasi dengan warna.

Abalon kali ini selalu dalam warna yang aman.

Jika akan memakan hati abalon yang kutangkap saat ini, itu tidak akan menjadi masalah.

"Kukira segini sudah cukup." (Hokage)

Aku memasukkan kerang dan abalon ke mangkuk pernis.

Dan menyerahkannya ke Eri kemudian pekerjaanku selesai..

"Baiklah. Selanjutnya serahkan padaku!" (Hokage)

"Ya, bagian yang tidak diperlukan aku akan memberikannya ke pasukan monyet ."

Itu sebabnya kami hari ini menikmati makanan laut, termasuk tentara monyet.

【104: Tantangan Perjalanan『1』】

―――15 November.

Hari ini diterpa langit cerah tanpa awan.

Kami akhirnya memulai perjalanan.

Setelah sarapan, di tempat persembunyian akan ada penjelasan ulang strategi lagi.

"Seperti yang kukatakan sebelumnya, ketiga anggota ini akan pergi bersama."

Tiga orang itu adalah aku, Yoshiokada, dan Muscle akan bepergian.

Aku akan mengambil alih komando dan Muscle akan menjadi kekuatan pendorong utama kapal yaitu sebagai pendayung.

Yoshiokada akan melihat dan mengimprovisasi kapal baru yang lebih kokoh.

Yah, bisa diasumsikan bahwa perjalanan kali ini akan gagal.

Akan sangat bagus jika kami bisa pergi ke pulau lain dengan aman, tetapi tidak masalah jika kami tidak bisa.

Setelah musim dingin selanjutnya, kami semua akan merencanakan membuat semuanya akan menyeberangi lautan.

"Karin, sisanya aku serahkan padamu." (Hokage)

"Ya, serahkan padaku" (Karin)

Karin akan menjadi pemimpin tempat persembunyian saat kami menantang perjalanan kami.

Dia memiliki pengetahuan lebih untuk bertahan hidup setelah diriku, dan dia tahu segalanya secara umum, jadi aku lega menyerahkannya.

"Pastikan kamu kembali dengan aman yah!" (Arisa)

Itu adalah Arisa yang berperilaku ceria sambil memiliki wajah yang sedikit gelisah.

Kuncir kuda berwarna coklat tua menari-nari ke kiri dan ke kanan sesuai dengan gerakan wajah.

"Aku tidak akan memaksakan diri kok." (Hokage)

Untuk saat ini, aku berencana untuk kembali pada akhir hari ini. Meskipun hanya menebak, jarak ke pulau di sana tidak jauh.

Jika mungkin untuk berlayar dengan lancar tanpa angin, itu akan menjadi jarak yang memungkinkan perjalanan pulang pergi dalam waktu setengah hari.

"Apakah kalian siap?" (Hokage)

Aku menaiki kapal dan melihat ke arah Muscle dan Yoshiokada.

"Aku siap!" (Muscle)

Muscle mengangguk, menunjukkan gigi putih sambil memegang dayung besar.

"Kapanpun saja" (Yoshiokada)

Yoshiokada tampaknya juga tidak memiliki masalah.

"Kalau begitu mari kita mulai!" (Hokage)

Kapal kami meninggalkan tempat persembunyian dengan sorakan semua orang di punggung kami.

◇ ◆ ◇

Segera setelah meninggalkan tempat persembunyian, kami berlayar.

Sebuah layar persegi panjang terbuka ke samping dan menangkap angin sekaligus. Dengan kekuatan itu, kapal secara otomatis melanjutkan ke pulau lain.

"Muscle, kamu bisa istirahat sekarang." (Hokage)

"Mengerti!" (Muscle)

Muscle adalah kunci untuk tenaga manual.

Saat melanjutkan dengan kekuatan angin, aku ingin tenaga dipakai seefektif mungkin.

"Yoshiokada, apakah kau mabuk laut?" (Hokage)

"Tidak masalah" (Yoshiokada)

"Itu bagus" (Hokage)

Awalnya, Yoshiokada rentan terhadap mabuk laut. Meskipun mabuk laut adalah hal biasa yang terjadi pada semua orang, namun, mabuk laut yang dialami Yoshiokada sangat mengerikan.

Tetapi, dengan pergi mengambil ikan di laut berkali-kali dengan kapal itu bisa diatasi bisa mengatasi mabuk lautnya.

Seorang nelayan di TV telah berbicara tentang mabuk laut. Menurutnya, sangat jarang seseorang mengalami mabuk laut sejak awal.

Tampaknya bahkan orang yang berbicara dengan sombong jika dia tidak akan mabuk laut, itu akan terjadi jika dia mengalami goncangan yang luar biasa dari kapal penangkap ikan.

Cara menghilangkannya, itu bisa diatasi dengan menaiki kapal berulang kali. Tetapi, tampaknya beberapa orang tidak dapat mengatasinya selamanya.

Yoshiokada juga khawatir tentang itu, tapi aku lega karena dia bisa mengatasinya.

"Sepertinya untuk saat ini masih berjalan dengan lancar." (Hokage)

"Itu benar." (Muscle)

Kami duduk bersila di kapal dan melakukan rehidrasi. Botol air bambu buatan tim kerajinan juga sangat efektif di sini.

Kali ini, kami membawa banyak makanan sebagai persiapan untuk pertempuran jangka panjang. Membawa air minum itu diharuskan. Sebaliknya, muatan yang kami bawa itu hampir sepenuhnya air. Ini karena jika air sudah diamankan, makanan akan didapatkan entah bagaimana.

"Oh iya Muscle, apakah kamu juga ikut belajar?" (Hokage)

"Aku belajar pelatihan otot" (Muscle)

"Begitu ya" (Hokage)

Belajar sedang booming di sini. Benar, membaca buku teks itu populer. Ini karena buku pelajaran adalah salah satu dari sedikit hiburan. Belajar dilakukan hampir setiap hari. Sedikit demi sedikit, seperti pada hari libur atau sambil menunggu mandi setelah makan malam.

Membaca buku pelajaran, bermain pelajaran, dan mengumpulkan pengetahuan.

Ketika aku masih pelajar, jarang ada orang yang suka belajar.

Seperti halnya aku, belajar itu tidak menyenangkan.

Sekarang adalah tempat terbaik untuk istirahat.

Belajar atas inisiatif sendiri itu menyenangkan.

Namun, hanya Muscle yang acuh tak acuh untuk belajar.

Meskipun Muscle berpartisipasi dalam bermain kartu, dia tidak belajar sama sekali.

Namun, anehnya nilainya pada saat di sekolah tidak buruk sama sekali.

Sebaliknya, itu adalah pekerjaan yang baik yang dapat diklasifikasikan sebagai orang yang berbakat.

Bukan otot tapi otak yang tertancap di kepala.

"Belajar itu...sedikit..." (Muscle)

"Mengapa?" (Hokage)

"Belajar itu tidak menarik sama sekali. Jika sedang belajar, aku lebih suka melakukan push-up." (Muscle)

"Itu bisa dimengerti, itu memang sifatmu yah. Tapi nilaimu baik baik saja."

"Itu karena, pacarku sangat berisik tentang itu." (Muscle)

"Begitukah? Orang seperti apa pacar Muscle?" (Hokage)

"Itu rahasia" (Muscle)

Semua orang juga bertanya tentang pacarnya Muscle. Namun, Muscle tidak pernah mengatakannya..

Masih belum jelas seperti apa pacar Muscle itu dan berapa umurnya.

Yang kutahu adalah bahwa jenis kelaminnya adalah perempuan.

"Baiklah..." (Hokage)

Aku melihat ke langit.

Muscle dan Yoshiokada juga mengangkat wajah mereka.

"Sepertinya sudah saatnya."(Hokage)

Awan gelap mulai muncul di langit yang cerah.

【105: Tantangan Perjalanan『2』】

"Ini seperti dinding tak terlihat dalam permainan ..." (Hokage)

Itu adalah situasi misterius yang membuatku bergumam tanpa sengaja.

Situasi ini selalu datang ketika menjauh dari pulau dengan jarak tertentu, kemudian awan gelap akan datang.

Apalagi melihat ke belakang ke arah pulau, di Pulau itu tetap baik baik saja, hanya di luar pulau yang awan gelapnya ada.

Awan hanya menutupi tempat di mana kita berada dan langit di atas tempat yang kita tuju.

"Muscle, kita akan mulai mendayung!" (Hokage)

"Mengerti!" (Muscle)

"Apa yang harus aku lakukan?!" (Yoshiokada)

"Yoshiokada, kamu harus tetap berpegang pada layar. Saat aku memberi isyarat, lipat layarnya." (Hokage)

"Aku mengerti!" (Yoshiokada)

Ini akhirnya waktu untuk mencapai batas dengan kekuatan manusia.

Pertama-tama, aku dan Muscle membagi dua pekerjaan mengayuh dayung.

Sayangnya, kekuatan pendayung akan lebih lemah jika satu orang saja.

Meskipun aku akan menjadi beban, tetap saja aku mendayung, menjaga tenaga Muscle adalah hal yang utama disini.

"Ugghh ..." (Hokage)

Cuaca buruk secara bertahap menjadi lebih kuat.

Pulau tujuan yang terlihat di kejauhan mulai menghilang dari pandangan.

Ini kabut.

Selain awan gelap, kabut juga terjadi.

Kabut menjadi lebih tebal segera setelah terlihat, mewarnai bidang penglihatan menjadi putih bersih.

Belum lagi pulaunya, bahkan tempat-tempat teman tidak bisa dilihat dengan baik.

"Muscle! Yoshiokada! Jawablah!" (Hokage)

"*Muscle!"...."Ada!"

Aku memastikan keadaan dua orang itu karena jarak pandang menipis.

Aku khawatir tentang kabut ini, tetapi untuk saat ini tidak ada masalah.

Kapal bergetar hebat.

Ombak yang mulai menerjang seperti datangnya awan gelap semakin memperkuat momentum tersebut.

"Dari sini dan seterusnya adalah pertempuran yang tidak diketahui." (Hokage)

Ini selalu terjadi pada titik ini. Ini adalah kedua kalinya jarak pandang mencapai tingkat kabut mati.

Dari sini dan seterusnya, kami tidak pernah mengalaminya.

"Hati-hati jangan sampai jatuh dari kapal!" (Hokage)

aku bergerak dengan hati-hati sambil membungkuk dan mendekati Muscle.

"Aku akan serahkan sisanya padamu." (Hokage)

"Oke,.!" (Muscle)

Ketika bagian mendayung kapal diserahkan kepada otot, aku memberikan instruksi kepada Yoshiokada.

"Yoshiokada! Lipat layarnya!" (Hokage)

"Siap!!" (Yoshiokada)

Suara gemerisik bergema.

Yoshiokada melipat layar di kapal.

"Dengan begini kita akan lebih maju sedikit demi sedikit." (Hokage)

Sebelum aku menyadarinya, arah angin telah berubah.

Untuk kapal layar yang bergerak dengan kekuatan angin, angin ini hanya menjadi penghalang.

Oleh karena itu, aku memberikan instruksi untuk melipat layar dan mendayung untuk secara paksa membidik tujuan kedepan.

" *Muscle ~ *Muscle! "

Muscle mendayung sambil mengucapkan kata-kata misterius.

Arah kapal tidak diketahui, tetapi yang pasti kapal itu menuju ke tujuannya.

"Pertahankan lajunya!" (Hokage)

"Mengapa kamu tahu arahnya?." (Yoshiokada)

"Karena cuaca semakin buruk." (Hokage)

Tidak ada tanda-tanda cuaca akan cerah.

Sebaliknya, itu semakin intens dan cuaca berubah. Awan gelap, guntur menderu, dan angin badai. Kabut tebal yang bahkan Yoshiokada, yang berada tepat di depanku, tidak lagi terlihat.

Akhirnya hujan mulai turun.

Semakin kasar cuacanya, semakin baik.

Karena itu menunjukkan bahwa kita jauh dari pulau kita.

"Jika kapal menuju ke arah yang berlawanan ... yaitu, ke tempat persembunyian, cuaca seharusnya cerah saat ini. Kabut akan hilang, hujan akan berhenti, dan awan akan hilang. Jadi kita ada kemajuan saat ini." (Hokage)

"Aku mengerti." (Yoshiokada)

Namun, apakah ini waktu air pasang?

Kapal itu bergetar hebat dan hampir terbalik.

Jika kami terbalik dalam situasi seperti ini, kami pasti akan mati.

"Muscle! Bisakah kamu mendengarku!?" (Hokage)

"Aku bisa mendengarmu!" (Muscle)

"Kembali ke tempat persembunyian! Pindahkan kapal ke arah yang berlawanan!" (Hokage)

"Aku mengerti, !" (Muscle)

Setelah memberikan instruksi ke Muscle, aku diam di tempat.

Sementara kabut menghalangi dan aku tidak bisa melihat apa-apa, aku mencari sesuatu yang bisa kulihat.

"Kita Kembali!" (Muscle)

"Ohhh!" (Hokage)

Saat itulah aku dengan penuh semangat menjawab kata-kata Muscle.

""Waaahhhh""

Hembusan angin menerpa kapal seolah-olah mendukung kami dalam perjalanan pulang.

Kapal berguncang sangat vertikal, yang menyebabkan tubuhku melayang sedikit.

Untungnya, itu bukan pukulan menyamping, jadi tidak terguncang.

"Massu~uuuu!" (Muscle)

Aku bisa mendengar suara Muscle.

Mungkin kami mendayung menuju tempat persembunyian.

Cuaca semakin cerah sedikit demi sedikit.

"Cuaca akan cerah sekaligus saat kembali."

Cuaca semakin memburuk secara bertahap menghilang.

Namun, begitu mulai kembali, itu cepat pulih.

Hujan berhenti dalam sekejap mata, dan guntur yang merangsang gendang telinga menghilang.

Angin menjadi tenang dan kabut berangsur-angsur hilang――.

aku perhatikan bahwa kabut telah hilang.

"Apa yang terjadi?." (Yoshiokada)

"Itu!" (Hokage)

Aku menunjuk ke arah perjalanan sampai ke titik itu-di seberang laut.

"...? Aku hanya bisa melihat pulau seberang saja." (Yoshiokada)

"Tidak, sepertinya aku melihat sesuatu tadi――― tidak apa-apa, lupakan saja." (Hokage)

Itu adalah peristiwa sesaat. Itu menghilang ketika Yoshiokada dan Muscle melihat ke belakang.

Namun, aku yakin melihatnya. Waktu yang bisa dikatakan sesaat hingga kabut menghilang dan pulau menjadi terlihat.

Saat itu aku melihat sebuah kapal besar yang terlihat seperti kapal perang modern.

Itu menghilang bersama kabut, tapi aku pikir itu adalah kapal perang.

(Mungkin ...)

Sebuah ide konyol terlintas di benakku, tetapi aku memutuskan untuk tidak berpikir dalam-dalam.

【106: Pemulihan bebek】

Kapal perahu yang ada saat ini tidak bisa menyeberangi laut.

Meskipun hasilnya mengecewakan, tidak ada yang sedih.

Karena memang seharusnya begitu, aku memiliki perasaan yang kuat bahwa itu seperti yang diharapkan.

Saat itu masih pagi, dan sudah lewat pertengahan November.

Suhu harian perlahan menurun.

Lengan pendek pakaian Akaso tidak cukup sekarang, karena saat ini pakaian tersebut harus dipakai dikenakan berlapis-lapis.

Pulau ini memiliki empat musim, sama seperti di Jepang.

Musim panas terasa panas, musim gugur nyaman, dan musim dingin terasa dingin. Musim semi tidak diketahui.

Namun, kesan saat ini adalah bahwa iklimnya lebih sejuk daripada di Jepang.

Panas musim panas lebih suhu panasnya lebih rendah dari Jepang, meskipun saat ini pada musim dingin lebih dingin suhunya daripada Jepang tetapi masih belum cukup dingin untuk mencapai titik beku.

Di Jepang, saat itulah orang mulai sadar memakai sarung tangan dan muffler.

Jika melakukan hal seperti itu di sini, itu hanya panas.

Udara sejuk di awal musim gugur cukup dingin untuk melanjutkan siang hari.

Rabu 20 November.

"Hari ini aku akan terus meminta pekerjaan yang sama seperti kemarin." (Hokage)

"" OooO! ""

Setelah sarapan, kami mulai bekerja seperti biasa.

Pekerjaan terakhir secara eksklusif adalah pemeliharaan alat.

Kami meninjau peralatan batu, gerabah, peralatan pernis, dan semua peralatan lainnya.

Sulit untuk membuat yang baru pada musim dingin. Jika darurat aku akan membuat alat tambahan.

"Mana, mohon bantuannnya untuk hari ini." (Hokage)

"Oke" (Mana)

Pekerjaan lain sedang menungguku dan Mana.

Itu adalah――― perawatan bebek.

"Rita" (Mana)

Mana memberikan instruksi di sawah di luar tempat persembunyian.

"Ukiki!" Rita, bos pasukan Monyet, mengangguk,

"Ukiki! Ukikiiki♪!"

Rita memberi perintah kepada pasukan monyet.

Kemudian pasukan monyet itu berguncang dan berdiri di sudut sawah.

Ini adalah tempat di mana aku selalu berdiri saat memberi makan bebek.

Bebek dan yang lainnya juga mendekat ke sana.

Dengan wajah imut, sambil perlahan maju melewati sawah yang dipenuhi air.

Mereka mungkin berpikir bahwa akan mendapatkan makanan seperti biasa.

'Bagus...bagus' Gumamku dengan puas sambil melihat bebek itu bergerak dengan mulus.

Di sisi lain, Mana yang berdiri di sampingnya memiliki ekspresi yang agak rumit.

"Kamu aka memakan bebek yang dikumpulkan, kan?" (Mana)

"Yah, itu benar. Apakah kamu merasa kasihan?" (Hokage)

"Yah, karena aku yang bertugas memberi makan." (Mana)

Air mata mengambang di mata Mana.

Sepertinya dia punya perasaan untuk bebek.

Ini adalah hal yang harus dihadapi peternak ketika merawat hewan.

"Yare yare, gimana yah." (Hokage)

Aku benar-benar dalam masalah. Aku berencana untuk menikmati bebek lezat hari ini. Yang lain juga menantikan hidangan bebek.

Eri juga ingin memasaknya dengan cepat.

Namun, aku tidak bisa mengabaikan perasaan Mana.

"Jika demikian, memakannya kita urungkan kemudian melepas bebek bebek itu?"

"Eh," (Mana)

Mana menatapku dengan terkejut kemudian bertanya kembali untuk memastikannya.

"Emangnya boleh?"(Mana)

"Yah, ini juga bukan di Jepang" (Hokage)

"Emangnya ada hubungannya dengan itu?" (Mana)

"Tentu saja ada hubungannya. Di Jepang, pelepasliaran unggas dilarang."

"Benarkah? Apakah bebek itu hama?"

"Tidak, bukan berarti bebek (Aigamo) adalah hewan hibrida yang dibuat oleh manusia dan juga itu tidak ada di alam liar. Jadi pelepasliaran unggas tersebut dilarang." (Hokage)

"Jadi begitu yah. Kamu ternyata mengetahui hal selain survival juga." (Mana)

"Aku baru belajar dalam proses meneliti pertanian bebek." (Hokage)

Jika ini adalah Jepang, tidak ada perasaan atau penghinaan. Akan sayang jika dibunuh begitu saja jika tidak ada riwayat penyakit unggas. jadi kita harus memakannya.

Namun, ini adalah tempat yang berbeda. Tidak perlu membunuh sambil merasa sedih.

Bebek hidup di pulau ini sebagai hewan liar, khususnya Aigamo.

“Namun, tidak mungkin memelihara bebek di sawah. Pekerjaan bebek di sawah ini sudah selesai. Jika terus memelihara bebek di sawah, mereka akan mulai makan hasil panen kali ini. Mari kita kembalikan bebek-bebek itu ke habitat aslinya dan melepaskannya.” (Mana)

"Aku mengerti. Maaf yah, kamu mengikuti keegoisanku." (Mana)

"Memang deh, benar-benar." (Hokage)

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Sebagai permintaan maafku aku akan melakukan sesuatu nanti.." (Mana)

"Mau bagaimana lagi deh ..." (Hokage)

Jadi, kami memutuskan untuk melepaskan bebek.

Setelah itu aku segera memberi tahu Eri tentang itu―――.

"Eeee! padahal aku sedang memikirkan metode apa yang akan aku masak pada bebek itu...!" (Eri)

Benar saja, Eri terlihat sangat kecewa. Namun, ketika aku memberi tahu alasannya dia berkata:

"Kalau begitu, itu tidak bisa dihindari." (Eri)

Ternyata Eri dengan mudah menyetujuinya.

Kemudian anggota lain memiliki reaksi yang sama. Memang sayang sekali kami tidak bisa makan bebek.

Namun, ada ruang untuk memahami perasaan Mana yang emosinya telah berubah.

Bagaimanapun, kami adalah kelompok amatir, bukan petani profesional.

Itu sebabnya semua orang yakin bahwa itu tidak bisa dihindari.

Dengan hal itu kami mengembalikan bebek ke habitat aslinya.

Tempat dimana Sophia dan Amane 'bangun pertama kali' ―――ke sungai terdekat.

"Dengan ini baik baik saja." (Hokage)

"Itu benar! Mereka berenang dengan bebas!" (Mana)

Sebelumnya aku sempat khawatir bebek itu pergi tanpa induknya, tetapi kurasa itu tidak ada masalah dengan ini.

Dengan tidak adanya induknya, 15 bebek berenang berturut-turut.

Selain itu, induk bebek dikembangbiakkan di danau di tempat persembunyian.

"Terima kasih, Rita, semuanya" (Mana)

"" "Ukkii!" ""

Pasukan monyet yang membawa bebek ke sini.

Seperti Mana, mereka juga senang dengan pelepasan bebek.

Tampaknya dia telah melewati tingkat perubahan emosional dan berteman dengan bebek.

"Kalau begitu, kembalilah duluan!" (Mana)

"" Ukki! ""

Atas arahan Mana, pasukan monyet pergi dengan Rita di depan sebagai pemimpin.

Pasukan monyet memanjat pohon di dekatnya, mereka melompat dari pohon ke pohon dan menghilang.

"Kalau begitu, sudah waktunya untuk membalas permintaaf maafku." (Mana)

Mana senyam-senyum.

"Permintaan maaf?" (Hokage)

Aku memiringkan kepalaku.

"Permintaan maaf setelah mendengar keegoisanku." (Mana)

"Oh, itu lelucon saja. Aku tidak mengharapkan yang lain kok." (Hokage)

"Begitukah? Padahal aku memang ingin meminta maaf dengan benar loh." (Mana)

Mana menatapku dengan mata yang bagus.

Garis pandang menyimpang sejenak dan melirik penisku.

Saklar dihidupkan di selangkangan aku meskipun tidak disentuh.

"... Apakah tidak apa-apa?" (Mana)

"Baiklah" (Hokage)

Mana dengan santai meletakkan tangannya di lenganku.

Mana mendorong dadanya dan membuat penisku berdiri.

Pada 20% dan 30%, dengan nyaman mencapai semi-ereksi.

"Haruskah aku pindah ke Gua Washimine? Atau apakah Hokage baik-baik saja di sini?" (Mana)

"Tidak, aku akan menghiburmu di dalam gua." (Hokage)

Kami mulai berjalan menuju Gua Washimine.

◇ ◆ ◇

Note dari Author

Ayano~Desu.

Terima kasih telah membaca series ini. Maret akan segera berakhir.
Masyarakat sedang berisik, tetapi apakah ada masalah dalam hidup Anda?
By the way, rilis versi buku akhirnya mendekati minggu depan.
Versi buku mencakup hingga chapter "032 Goodbye Virgin".
Ini adalah hasil akhir yang sangat bagus, jadi jika Anda mampu membelinya, silahkan dibeli!

【107: Mana dan Gua Washimine (R18)】

Sudah lama sejak aku melakukan hal nikmat dengan Mana.

Aku tidak ingat detailnya, aku kira itu sekitar satu atau dua minggu, yang pasti sudah lama.

Mungkin karena itu, Mana menjadi agresif.

Ketika aku tiba di bagian terdalam Gua Washimine, Mana menekanku ke dinding dan melepas celanaku.

Ketika penisku setengah ereksi itu terbuka, dia mengisapnya tanpa ragu-ragu.

"Ngu...Ngu..."

Mana yang membungkuk di depanku berdiri dan menggerakkan kepalanya ke depan dan ke belakang.

Bersamaan dengan gerakan itu, sebuah suara bocor dari mulut yang menahan penisku.

"Hari ini kamu sangat agresif dari awal ..." (Hokage)

Saat aku sedang mendesah, aku melihat Mana yang ada di bawahku dengan ekspresi gembira.

Mana menatap mataku sambil memegang penis dan berhenti menggerakkan kepalanya.

(Apakah sudah berakhir?)

Itu adalah momen singkat yang aku pikirkan.

Mana menyingkap rambutnya yang keriting dan berwarna pink pucat.

Ketika Mana menyingkap rambut yang mengganggu di telinganya sambil memegang penisku, kemudian Mana menggerakkan kepalanya lagi.

“Oh… bagus… bagus… Mana…” (Hokage)

Sudah 127 hari sejak aku mulai tinggal di pulau ini.

Perempuan yang pertama kali membuatku merasa nikmat adalah Mana.

Sejak itu, aku telah mengalami blowjobs, handjobs, dan bahkan seks.

Aku sesering mungkin untuk menekan libido yang gila dari diriku.

Aku bangga bahwa poin pengalamanku tentang seksualitas tidak kalah dengan orang 'Riajuu'.

Hal-hal yang berbeda dari ketika aku masih perawan, yang bisa ejakulasi saat penisku disentuh saja.

Namun, aku sudah di ambang ejakulasi.
Lawanku juga mengumpulkan poin pengalamannya, sama seperti aku mengumpulkan poin pengalaman tentang seks.

Skill Mana semakin tinggi dari hari ke hari, dan dia akrab dengan titik sensitifku.

"Fuufu" (Mana)

Mana mengangkat mulutnya dari penisku dan tertawa sambil beralih ke handjob.

Rasanya seperti mengatakan:, 'Bukankah nikmat jika diserang di sini?'

Ini adalah gerakan seorang yang berpengalaman pada titik sensitifku.

"Oh ... ini buruk ... sepertinya aku akan cum ..." (Mana)

Jika terus seperti ini aku akan ejakulasi cepat atau lambat. Tidak mungkin jika tidak ejakulasi pada kondisi yang terasa nikmat ini terus berlanjut.

Setelah tenggelam dalam kenikmatan, dorongan tambahan diperlukan untuk sesaat.

Jika menembus garis ejakulasi, aku akan cum dengan kuat.

"Aku tidak akan membiarkanmu cum saat ini" (Mana)

Namun, Mana tidak membiarkanku melewati batas itu. Kenikmatan berhenti tepat sebelum aku mau ejakulasi.

Saat penisku memberi isyarat akan ejakulasi dan hendak menembakkannya, tangan Mana berhenti.

Aku benar-benar dipermainkan.

"Hei, Hokage" (Mana)

"Ke~ kenapa ...?" (Hokage)

"Kenapa kamu tidak berhubungan seks denganku?" (Mana)

"I~tu karena ..." (Hokage)

"Kamu seks dengan gadis lain, tapi kamu tidak seks denganku?" (Mana)

"Tidak hanya Mana saja... Arisa juga kok..." (Hokage)

Eri, Karin, Hinako, Meiko, Sophia, Amane dan Shiori.

Aku telah berhubungan seks dengan berbagai perempuan, tetapi tidak dengan Mana dan Arisa.

"Arisa pada awalnya memang tidak melakukan ini, kan?" (Hokage)

Mana menjilati ujung penisku.

Pengukur kenikmatan samar sepertinya aku akan ejakulasi... tetapi itu tidak terjadi.

"Yah, itu benar." (Hokage)

Aku dan Arisa masih memiliki batas hubungan hanya skinship saja dengannya. Ada hari ketika aku melakukan hal seperti pencabulan dengan Arisa, tapi hanya itu saja.

"Aku tahu Arisa tidak mengajakmu, tapikan aku berbeda." (Mana)

"Itu benar……" (Hokage)

"Lalu, mengapa?" (Mana)

"Tidak ada alasan lain kok." (Hokage)

Tidak ada alasan. aku tidak pernah berpikir bahwa aku tidak ingin berhubungan seks dengan Mana. Sebaliknya, aku ingin berhubungan seks.

Karena itu adalah salah satu wanita paling cantik di grup kami.

Satu-satunya hal yang tidak terjadi adalah waktunya tidak tepat.

"Apakah benar-benar tidak ada alasan lain?" (Mana)

"Ya, sungguh. Jika kamu menginginkan sebanyak itu, aku bisa melakukannya malam ini?" (Hokage)

"Kalau malam aku kelelahan... jadi besok lusa saja" (Mana)

"Oke. Aku akan melakukannya dalam waktu dekat. Aku akan mengambil keperawananmu." (Hokage)

"……Ya" (Mana)

Pipi Mana berwarna merah.

Dia mengangguk malu-malu, dia sangat lucu.

"Baiklah, penisku sudah hampir tidak tegang karena obrolan." (Hokage)

"Oh maafkan aku" (Mana)

Penisku yang sebelumnya ereksi penuh telah menjadi 80% ereksi sebelum aku menyadarinya.

Itu terlihat seperti ereksi, tetapi kekerasannya tidak cukup.

"Kali ini, aku akan membuatmu cum." (Mana)

Mana mulai meremas penisku dengan tangan kanannya sambil mengulum kepala penisku.

Rasanya nikmat.

"Permainannya sudah berakhir." (Hokage)

"Nghu!?" (Mana)

Aku meraih bagian belakang kepala Mana dengan tangan kananku.

Sebelumnya, Mana menggerakkan kepalanya sendiri, tetapi mulai sekarang, aku akan menjadi kekuatan utama untuk menggerakkannya.

Aku menggerakkan kepala Mana dengan kasar.

Dari samping, itu hanya akan terlihat seperti aku yang memaksa.

Tentu saja, itu sebenarnya kesepakatan.

Sebenarnya, Mana tidak menunjukkan kepura-puraan yang dia benci.

"Kamu sangat erotis... Mana..." (Hokage)

Mana menatapku sambil memercikkan air liur ke tanah.

Melihat wajah itu, perasaan penaklukan dan keinginan untuk mengendalikan terpuaskan.

"Setelah aku selesai memadamkannya, aku akan membuat Mana merasa nikmat juga." (Hokage)

Aku menyelipkan tangan kananku ke telinga kirinya.

Tangan kirinya yang bebas menyentuh telinga kanannya.

Saat aku memegang kepala Mana dengan kedua tangan, kali ini aku menggoyangkan pinggulku.

Kocok keras, keras, dan berulang kali dalam langkah-langkah kecil.

"Ngu, Ngu, Geho, Ngu"

Mana sering bertahan dengan putus asa, meskipun dia tercekik. Mana juga mati-matian mengisap penisku agar kenikmatanku bertambah.

Stimulasi oleh efek vakum sangat luar biasa, dan akhirnya tiba saatnya untuk mencapai klimaks.

"Aku cum`~~!" (Hokage)

Aku meletakkan kekuatanku di kedua tanganku dan mendorong penis sepenuhnya.

Pada saat itu, air mani yang menumpuk di kolam mengalir keluar seolah-olah telah memotong bendung.

Mulut Mana membengkak dengan kuat. Sebaliknya, penisku layu.

"Ahh ... kimochii~ ..."

Memasuki mode orang bijak, aku ingin segera pulang.

Namun, ketika aku mengatakan itu, Mana menjadi marah.
(Yare yare, aku lupa seharusnya melakukan hal nikmat kepada Mana sekarang...)

Sambil didorong oleh perasaan yang merepotkan, aku membuat Mana merasakan kenikmatan.

Prev Chapter
Next Chapter
Prev Chapter
Next Chapter